Guetilang.com
Bengkulu_Tim Patroli Konsorsium Bentang Alam Seblat menemukan Seekor Gajah betina Sumatera atau Elephas maximus sumatranus, mati di kawasan Hutan Produksi (HP) Air Rami, Kecamatan Air Rami, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu. Namun, belum diketahui secara pasti penyebab kematian gajah dewasa tersebut.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Bengkulu, Said Jauhari mengatakan, seekor gajah betina dewasa ditemukan mati dikawasan hutan produksi.
" tim BKSDA hari ini berangkat ke lokasi," kata Said, Rabu (14/9/2022).
Kematian gajah betina dewasa itu, kata Said, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Sebab, tim dari BKSDA saat ini ingin menuju ke lokasi gajah mati di kawasan HP Air Rami.
"Belum diketahui penyebabnya, mati di hutan di HP Air Rami," pungkas Said.
Diketahui tim patroli menemukan bangkai gajah di wilayah HP Air Rami dengan koordinat 47 M X 808892 Y 9671611.
Kondisi Gajah tinggal tulang belulang dengan GPS Collar yang berada ditumpukan tulang tengkorak. Belum diketahui dengan jelas apa yang menjadi penyebab kematian gajah berkalung GPS Collar tersebut.
Namun di sekitar lokasi kematian gajah, wilayah hutan bentang alam seblat yang masuk dalam kawasan Hutan produksi Air rami ditemukan beberapa titik telah terbuka, ada beberapa wilayah yang baru dibuka sementara wilayah lainnya sudah mulai digarap menjadi perkebunan.
Penanggungjawab Konsorsium Bentang Alam Seblat, Ali Akbar menyatakan, jika situasi habitat masih seperti sekarang maka pelestarian gajah Sumatera di Bentang alam Seblat tidak akan terwujud.
"Pembukaan lahan di kawasan bentang alam Seblat akan berdampak dengan populasi gajah yang jumlahnya sedikit, jika gajah di kawasan ini punah, maka kita akan menerima ancaman yang lebih besar yakni bencana alam” papar Ali.
Ali menambahkan, berdasarkan hasil analisis tutupan hutan di kawasan bentang alam seblat yang dilakukan oleh Konsorsium Bentang Alam seblat yang terdiri dari Kanopi Hijau Indonesia, Genesis Bengkulu dan Lingkar Inisiatif Indonesia dalam kurun 2020-2022, seluas 6.350 hektar hutan alami kawasan bentang alam seblat porak poranda dirambah.
Upaya pelestarian gajah Sumatera dengan populasi tidak lebih dari 50 ekor semakin sulit untuk dilakukan. Ancaman keselamatan habitat gajah terus menerus terjadi tegasnya.
Ketua Forum Konservasi Gajah Indonesia (FKGI), Dony Gunaryadi mengatakan temuan ini menandakan upaya yang dilakukan dalam pelestarian gajah Sumatera kurang maksimal.
"Gajah yang dipasang GPS Collar tersebut membantu mendeteksi konflik antara manusia dan gajah, Namun apa daya gajah tersebut mati diwilayahnya sendiri," tutup Dony.