Kopi Mekar Sari Siap Bangkit Lewat Warkop Digital: Perjalanan Panjang Usaha Kopi Ibu Sumi Herni

Kopi Mekar Sari bangkit lewat rencana pembukaan Warkop Digital. Kisah perjalanan usaha kopi Ibu Sumi Herni dari 2001 hingga menjadi pemasok kafe Malang Raya.

Kopi Mekar Sari Siap Bangkit Lewat Warkop Digital: Perjalanan Panjang Usaha Kopi Ibu Sumi Herni
Potret Kopi Jahe (kanan) dan Kopi Murni (kiri), kopi hasil produksi Sumi Herni, Ketua Koperasi Wanita Mekar Sari, Ngantang. (Dok. Pribadi)

Ngantang, 16/11/2025 - Usaha kopi lokal Mekar Sari yang dirintis oleh Ibu Sumi Herni kini memasuki fase baru dengan rencana pembukaan Warkop Digital Mekar Sari. Langkah ini bukan sekadar pengembangan bisnis, tetapi juga wujud inovasi dari perjalanan panjang usaha kopi rumahan yang telah berdiri lebih dari dua dekade.

Perjalanan Kopi Mekar Sari dimulai pada tahun 2001. Saat itu, Ibu Sumi merintis usaha dari dapur rumahnya, bermodal alat sederhana dan proses serba manual. Ia mengolah kopi secara tradisional, memadukan teknik sangrai rumahan dengan pengalaman turun-temurun. Perjuangan di awal tidak mudah, namun ketekunan membuat usahanya mulai menemukan bentuk pada tahun 2005. Di tahun inilah Kopi Mekar Sari mulai mendapat perhatian pasar dan berhasil melakukan pengiriman rutin ke Jakarta.

Perkembangan tersebut menjadi pintu pembuka untuk memperluas pasar. Antara 2008 hingga 2012, distribusi kopinya meluas hingga Kalimantan, Samarinda, dan Bali. Permintaan yang terus meningkat menunjukkan bahwa cita rasa kopi rumahan yang natural masih memiliki penggemar setia, bahkan di luar Pulau Jawa.

Tahun 2014 menjadi salah satu momentum penting, ketika Kopi Mekar Sari dipercaya menjadi pemasok bagi sejumlah kafe di wilayah Malang Raya. Produk buatan Ibu Sumi dikenal punya aroma yang lembut, rasa yang konsisten, dan dibuat tanpa proses instan. Keaslian inilah yang membuat kopi Mekar Sari mendapatkan tempat di hati pelanggan.

Namun, perjalanan panjang ini sempat terganggu pada 2021-2023. Harga biji kopi mengalami lonjakan drastis dari Rp20 ribu per kilogram menjadi Rp60-80 ribu. Kenaikan tersebut membuat ongkos produksi tidak lagi seimbang dengan harga jual, sehingga usaha terpaksa vakum dan hanya melayani pesanan-pesanan tertentu. Meski begitu, Ibu Sumi tidak menghentikan proses produksi sepenuhnya; ia mempertahankan pelanggan setia sambil mencari cara agar usaha tetap bertahan.

Kopi Mekar Sari memiliki dua varian utama yang paling diminati, yakni kopi murni dan kopi jahe. Keduanya diracik tanpa bahan tambahan berlebih, mengandalkan kualitas kopi dan proses pengolahan manual yang menjadi ciri khas usaha ini. Selain kedua varian tersebut, Ibu Sumi juga pernah berinovasi menciptakan kopi campur ampok jagung serta kopi campur beras. Varian ini dibuat untuk menyediakan opsi yang lebih terjangkau namun tetap memiliki karakter tradisional yang kuat.

Eksperimen lain juga pernah dilakukan, seperti membuat kopi celup hingga kopi margarin dan kopi kelapa. Namun, tidak semua percobaan berjalan mulus. Kopi celup dinilai kurang kuat dari segi rasa dan memiliki ketahanan rendah, sehingga belum bisa dipasarkan secara luas.

Kini, dengan adanya rencana membuka Warkop Digital Mekar Sari, Ibu Sumi ingin membangun ruang baru bagi produknya sekaligus mendukung pengembangan Koperasi Wanita Mekar Sari. Warkop Digital diharapkan menjadi tempat pemasaran, edukasi, dan pusat aktivitas baru bagi anggota koperasi untuk belajar teknologi, meningkatkan literasi digital, serta memperkenalkan produk lokal kepada masyarakat lebih luas.

Transformasi ini menjadi bukti bahwa UMKM tidak hanya bisa bertahan, tetapi juga mampu beradaptasi dan terus berkembang meski menghadapi tantangan harga bahan baku maupun perubahan pasar.