Yorindo, APKOMINDO Bali, dan APTIKNAS Dorong Transformasi Digital Rumah Sakit dengan Fondasi Regulasi, Infrastruktur, dan AI yang Aman
GUETILANG.COM, Bali – Setelah sukses menggelar Hospital Technology Day 2025 di Jakarta yang mendapat apresiasi luas dari industri kesehatan dan teknologi, inisiatif strategis untuk mempercepat transformasi digital kesehatan kini berlanjut ke Pulau Dewata. Yorindo Communication, bekerja sama dengan DPD APKOMINDO Bali dan APTIKNAS, sukses menyelenggarakan roadshow bertajuk “AI Driven Hospital: Menuju Hospital 5.0 yang Aman dan Efisien”.
Acara yang digelar di Harris Convention Center Denpasar pada 4 Desember 2025 ini dihadiri oleh lebih dari 150 pelaku kunci industri kesehatan, meliputi jajaran direksi, komisaris, manajemen, dan tim IT dari berbagai rumah sakit di Bali dan sekitarnya. Turut hadir sejumlah tokoh penting seperti Selvianti Joenoes, SH., MH (Ketua DPD PERATIN Bali) dan Ni Made Sari (Direktur PT Masterdata Bali), yang memperkaya diskusi dengan perspektif hukum dan bisnis teknologi.
Roadshow ini dirancang sebagai respons langsung atas percepatan adopsi teknologi digital dan kecerdasan buatan (AI) di sektor kesehatan, sekaligus menjawab tantangan kompleks yang dihadapi rumah sakit dalam menyiapkan fondasi yang kokoh untuk lompatan teknologi tersebut.
Dalam sambutan pembukanya, Ir. Soegiharto Santoso, S.H. (Hoky), Ketua Umum APTIKNAS dan Ketua Umum APKOMINDO, menyampaikan pesan tegas dan visioner. “Kita tidak punya waktu lagi untuk ragu. Gelombang Artificial Intelligence (AI) tidak akan menunggu kesiapan kita. Pertanyaan utamanya kini telah bergeser dari ‘perlu atau tidak’ menjadi ‘BAGAIMANA’ rumah sakit menyiapkan fondasi yang kuat agar transformasi ini berjalan aman, patuh regulasi, dan mampu memanfaatkan peluang besar dari AI,” tegas Hoky.
Ia menekankan bahwa transformasi digital kesehatan bukan sekadar tren, melainkan sebuah keharusan strategis untuk meningkatkan kualitas layanan, efisiensi operasional, dan daya saing institusi kesehatan di era digital.

Tiga Pilar Regulasi sebagai Kompas Utama
Sebagai Sekretaris Jenderal PERATIN sekaligus pimpinan asosiasi teknologi terkemuka di Indonesia, Hoky memaparkan kerangka “Tiga Pilar Regulasi” yang harus menjadi panduan setiap rumah sakit sebelum melangkah ke adopsi AI:
1. Fondasi Regulasi & Hukum: Pemahaman mendalam terhadap Undang-Undang Kesehatan No. 17 Tahun 2023 (yang mewajibkan digitalisasi dan Rekam Medis Elektronik/RME), Undang-Undang Pelindungan Data Pribadi (PDP) No. 24 Tahun 2022 (yang menetapkan data kesehatan sebagai data sensitif dengan sanksi berat), serta kewajiban integrasi dengan platform SATUSEHAT dari Kementerian Kesehatan. “AI tidak akan berfungsi optimal, bahkan bisa menjadi bumerang hukum, jika dibangun di atas fondasi tata kelola dan kepatuhan yang rapuh,” paparnya.
2. Peran Strategis APTIKNAS & APKOMINDO: “Kami berperan sebagai jembatan penghubung yang mempertemukan regulator, industri teknologi, dan rumah sakit. APTIKNAS, dengan lebih dari 2.000 anggota, memastikan solusi digital yang ditawarkan bukan hanya canggih, tetapi juga compliant dengan regulasi dan siap diimplementasikan. Sementara, APKOMINDO menjamin kekuatan fondasi fisik, mulai dari infrastruktur komputasi, server, perangkat jaringan, hingga perangkat keras pendukung lainnya yang andal dan terstandarisasi,” jelas Hoky.
3. Strategi Implementasi Nyata: Untuk mewujudkan Hospital 5.0 yang operasional dan aman, Hoky mengajukan tiga langkah konkret: AI Readiness Assessment (audit menyeluruh untuk mengukur kesiapan rumah sakit), standarisasi vendor dan teknologi (termasuk rekomendasi produk dari anggota APKOMINDO dan APTIKNAS yang teruji), serta ecosystem building yang berkelanjutan melalui kolaborasi erat semua pemangku kepentingan.
Perspektif Regulator: Digitalisasi adalah Kewajiban dan Kebutuhan
Sesi panel pertama menghadirkan dr. I Gusti Agung Ngurah Anom, MARS, Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Wilayah Bali, yang memberikan perspektif regulator. Ia menegaskan bahwa transformasi digital sudah menjadi kewajiban, bukan sekadar pilihan. “Regulasi sudah jelas dan ada tenggat waktunya. Namun, lebih dari sekadar mematuhi aturan, digitalisasi adalah kunci untuk meningkatkan efisiensi, akurasi data, dan pada akhirnya kualitas pelayanan kepada pasien,” ujar dr. Anom. Ia menyambut baik kolaborasi antar-asosiasi ini sebagai pendampingan yang dibutuhkan rumah sakit dalam transisi yang kompleks.

Dukungan Infrastruktur Kritis dari APKOMINDO Bali
Menyoroti aspek fundamental transformasi digital, Widyan Prasetyo, Plt. Ketua DPD APKOMINDO Bali, dalam sambutannya menekankan bahwa teknologi canggih seperti AI memerlukan infrastruktur pendukung yang tangguh. “Kolaborasi kami dengan penyedia seperti Fibernet dalam roadshow ‘AI Driven Hospital: Menuju Hospital 5.0 yang Aman dan Efisien’ ini menghadirkan solusi koneksi fiber optic murni yang cepat, stabil, dan berlatensi rendah. Ini adalah kebutuhan kritis untuk operasional rumah sakit modern yang sangat bergantung pada akses data medis real-time, sistem rekam medis elektronik, komunikasi antar-unit, hingga layanan telemedicine,” ujarnya.
Widyan menambahkan bahwa pemanfaatan Data Center sebagai pusat penyimpanan, pengelolaan, dan distribusi data digital yang vital juga sangat penting. Data Center mendukung Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) dengan memastikan data pasien aman, dapat diakses secara real-time oleh tenaga medis untuk diagnosis cepat, serta menjaga sistem tetap online 24/7. “Infrastruktur seperti ini mengintegrasikan berbagai aplikasi kesehatan, mendukung telemedicine, dan memungkinkan analisis data untuk pengambilan keputusan strategis serta kepatuhan regulasi. Pada intinya, infrastruktur jaringan berstandar enterprise dengan pemantauan 24/7 dan uptime tinggi adalah prasyarat non-negosiasi untuk memastikan kelancaran layanan kesehatan,” jelasnya.
Ia menegaskan, “Tanpa fondasi infrastruktur yang andal, investasi pada sistem AI yang mahal tidak akan memberikan hasil optimal dan justru berpotensi mengganggu kontinuitas layanan.”

Solusi Keamanan Siber: Fondasi yang Harus Dibangun Lebih Dahulu
Pada sesi panel kedua yang membahas Integrasi dan Cybersecurity, Irvan Abdurachman (Security Presales Manager SANGFOR) menjawab kegelisahan banyak peserta mengenai kesiapan keamanan siber. “Banyak rumah sakit bertanya: haruskah kami berinvestasi besar dalam AI sementara infrastruktur jaringan dan keamanan siber masih lemah?
Jawabannya adalah: bangun fondasi yang kokoh terlebih dahulu. Konektivitas yang stabil, redundansi, dan sistem keamanan siber berlapis, seperti firewall, endpoint protection, dan data loss prevention adalah prasyarat mutlak sebelum melompat ke AI. Tanpa ini, risiko kebocoran data pasien yang sangat sensitif akan sangat tinggi,” jelas Irvan.
Demo Interaktif Buktikan AI Dapat Diakses dan Praktis
Puncak acara adalah sesi demo interaktif “Bikin Aplikasi 5 Menit” yang dipandu oleh MAXY Academy. Andy Febrico Bintoro (Co-Founder & CTO MAXY Academy) secara langsung mendemonstrasikan bagaimana platform low-code/no-code berbasis AI dapat digunakan oleh rumah sakit untuk membuat alat bantu administrasi, pelacakan inventori, atau dashboard pemantauan pasien dengan cepat dan mudah.
“Demo hari ini membuktikan bahwa AI bukan lagi teknologi yang hanya bisa diakses oleh raksasa teknologi dengan anggaran besar. Dengan pelatihan dan alat yang tepat, rumah sakit dapat memulai dengan use-case sederhana yang langsung memberikan dampak nyata pada efisiensi operasional,” kata Andy.

Pameran dan Business Matching: Jembatan antara Kebutuhan dan Solusi
Di area ekshibisi, sejumlah vendor teknologi terkemuka anggota APTIKNAS dan APKOMINDO memamerkan solusi terkini mereka. Peserta mendapatkan kesempatan untuk terlibat dalam business matching dan konsultasi langsung mengenai kebutuhan spesifik mereka, mulai dari solusi cloud dan keamanan siber, infrastruktur jaringan, hingga perangkat medis terkoneksi Internet of Things (IoT). Interaksi ini memungkinkan terjalinnya kemitraan strategis antara penyedia teknologi dan rumah sakit.
Kolaborasi Segitiga: Kunci Keberhasilan Transformasi Digital Kesehatan
Acara ini secara gamblang menunjukkan bahwa percepatan transformasi digital kesehatan tidak dapat dilakukan oleh satu pihak saja. Diperlukan kolaborasi segitiga yang solid antara:
1. Penyedia Teknologi (APTIKNAS & Vendor): Menyediakan solusi yang inovatif, teruji, dan sesuai regulasi.
2. Penyedia Infrastruktur & Perangkat Keras (APKOMINDO): Memastikan ketersediaan dan keandalan fondasi fisik sistem digital.
3. Fasilitator Hukum & Regulasi (PERATIN dan Asosiasi): Memastikan seluruh proses berjalan dalam koridor hukum yang melindungi hak pasien dan institusi.
Sebagai bukti komitmen berkelanjutan dalam mendorong transformasi digital kesehatan nasional, roadshow “AI Driven Hospital” akan melanjutkan perjalanannya ke kota-kota lain di Indonesia. Yolanda Roring dari Yorindo Communication selaku penyelenggara menyatakan, “Kami akan segera melanjutkan perjalanan roadshow ini ke Yogyakarta pada 20 Januari 2026. Rangkaian acara ini diharapkan dapat menjadi katalisator terciptanya peta jalan digitalisasi kesehatan yang komprehensif, inklusif, dan berkelanjutan di Indonesia.”
Dalam kesempatan yang sama, Yolanda juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh mitra sponsor yang mendukung suksesnya roadshow di Bali, yaitu Fibernet (penyedia infrastruktur jaringan), SANGFOR (pakar keamanan siber), dan MAXY Academy (mitra pelatihan dan solusi AI). Kolaborasi strategis ini mencerminkan sinergi ekosistem yang menjadi fondasi utama bagi terwujudnya Hospital 5.0 di Indonesia. (Juenda)
Redaksi