Ini Sebab Harga Sawit Bengkulu Belum Mencapai Harga Rp 2.000 per kg

Ini Sebab Harga Sawit Bengkulu Belum Mencapai Harga Rp 2.000 per kg

Ini Sebab Harga Sawit Bengkulu Belum Mencapai Harga Rp 2.000 per kg

Guetilang.com

BENGKULU_Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menjanjikan harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit akan naik pada Rp 2.000 per kilogram akhir Agustus 2022. 

Bagaimana kondisi harga di Provinsi Bengkulu? Harga di pabrik menurut Jaurat Nainggolan, petani sawit di Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu harga pada kisaran Rp 1.250 per kilogram.

"Harga pabrik Rp 1.250 per kilogram. Kalau harga tengkulak tentu kurang dari Rp 1.250 ada yang Rp 1.000," jelas Jaurat.

Ketetapan Tim Harga TBS

Tim Penetapan Harga Pembelian TBS Kelapa Sawit Provinsi Bengkulu terdiri unsur pemerintah, perusahaan kelapa sawit, perwakilan petani menetapkan harga tertinggi di daerah itu Rp 1.533, 48 Per Kg. Sedangkan harga terendah yang dibeli dari petani Rp 1.147,34.

Kepala Bidang Perkebunan Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Provinsi Bengkulu, Bickman didampingi Fungsional Muda Analis Hasil Pertanian, Yuhansahmeri menjelaskan kondisi harga TBS sawit di Bengkulu.

"Memang ada beberapa kondisi yang mengakibatkan harga TBS sawit masih belum bisa mencapai Rp 2.000 di Provinsi Bengkulu. Pertama soal penampungan CPO di sejumlah pabrik dan pelabuhan masih penuh termasuk persoalan kapal tangker yang terbatas. Kedua kebutuhan perusahaan pabrik CPO pada kandungan minyak yang tinggi dari TBS petani," jelas Bickmen.

Saat ini kondisi tangki penampungan CPO di pabrik-pabrik penuh sehingga pabrik belum bisa menerima buah petani dalam jumlah banyak dengan harga tinggi. Penuhnya bak penampungan itu dikarenakan pabrik belum mendapat pembeli CPO di luar negeri (ekspor).

"Tidak saja tangki penampung di pabrik. Tangki tampung di pelabuhan juga penuh," tambah dia.

Sejauh ini beberapa perusahaan sudah menjual CPO meski jumlahnya belum skala besar karena permintaan ekspor masih rendah.

Selanjutnya, terkait permintaan pabrik agar TBS yang dijual memiliki kualitas minyak yang baik Fungsional Muda Analis Hasil Pertanian, Yuhansahmeri, menjelaskan petani di Bengkulu kebanyakan petani mandiri yang tidak bermitra dengan perkebunan sehigga ada beberapa ditemukan bibit dan perawatan sawit tak maksimal hasilnya buah menjadi tidak berkualitas.

"Karena bibit asalan misalnya, perawatan tidak maksimal akibatkan kualitas minyak pada buah buruk ini menjadi pertimbangan pabrik CPO menerima TBS dengan harga murah," ungkap dia.

Faktor berikutnya yakni panjangnya alur penjualan TBS ke pabrik sementara antara petani dan pabrik alurnya terdapat para tengkulak yang tentu saja memangkas harga pabrik.

Bickmen menambahkan terhadap persoalan tersebut pihaknya mendorong para petani dan perusahaan untuk membuat kemitraan sehingga jaminan kualitas dan harga TBS terjamin. Selain itu kemitraan dengan perusahaan dan petani akan memangkas panjangnya alur penjualan ke pabrik sehingga harga tetap tinggi.

"pendampingan pada petani agar melakukan pola kemitraan dengan perusahaan sawit saat ini sedang kita galakkan sebagai langkah panjang agar harga TBS bisa tinggi berguna untuk petani dan menguntungkan perusahaan," tutup Bickmen.