UMKM Tahu Mentari Bulan di Turen: Produsen Tahu Tradisional yang Tetap Bertahan di Tengah Tantangan

UMKM Tahu Mentari Bulan di Turen: Produsen Tahu Tradisional yang Tetap Bertahan di Tengah Tantangan
Proses Penggorengan Tahu di UMKM Tahu

Guetilang.com, Malang — UMKM pengolahan tahu Mentari Bulan di Desa Gedog Wetan, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, menjadi salah satu usaha pangan rumahan yang terus bertahan dan berkembang di tengah dinamika harga bahan baku dan persaingan pasar. Tim Maganghub Kemnaker hadir ke lokasi UMKM tersebut pada Jumat (7/11/2025) sebagai bagian dari kegiatan magang dalam ekosistem Warkop Digital (WADI/WD), yang mendorong pemanfaatan kanal digital dan warkop digital untuk mengenalkan UMKM desa kepada publik.

Usaha yang berdiri sejak 2013 ini kini mempekerjakan tujuh karyawan dan mampu mengolah sekitar tiga kwintal kedelai per hari. Dengan metode produksi berbasis teknik tradisional, Mentari Bulan menjadi salah satu produsen tahu asin rumahan yang cukup dikenal di kawasan Turen.

Pemilik UMKM, Indra, menceritakan bahwa perjalanan membangun usaha ini tidak mudah. Lokasi produksi yang cukup jauh dari pusat pasar membuat pemasaran awal sangat menantang.

Proses penggorengan tahu di UMKM Tahu Mentari Bulan

“Awalnya bawa tahunya cuma sedikit dan cari pasarnya sulit karena lokasinya jauh. Pernah juga bawa 5 boks kecil, laku cuma satu,” ujar Indra.

Namun kini, jaringan pemasaran Mentari Bulan telah berkembang ke Pasar Wangkal, Pasar Kidal, serta sejumlah wilayah di Tumpang. Produk utamanya, tahu asin kotak berisi 50 potong seharga Rp12.000, banyak dimanfaatkan oleh pedagang gorengan, warung makan, hingga pengecer pasar. Sebagian pelanggan bahkan datang langsung ke tempat produksi untuk mengambil barang dalam jumlah besar demi menjaga kesegaran dan kualitas produk.

Proses produksi tahu dilakukan di pabrik milik Indra yang turut menjadi penopang usaha ini. Bahan baku utama menggunakan kedelai impor dari Amerika yang direndam semalaman sebelum dihancurkan menggunakan selep. Sari kedelai yang dihasilkan kemudian diuap dan dituangkan ke dalam cetakan, lalu ditekan hingga padat.

Perebusan dilakukan dengan ketel besar yang dipanaskan menggunakan kayu bakar, sehingga kebutuhan pasokan kayu juga menjadi faktor utama dalam produksi harian. Dengan metode ini, Mentari Bulan mampu mengolah 3 kwintal kedelai per hari, volume yang cukup besar untuk ukuran UMKM di desa.

Indra menyebutkan beberapa kendala yang kerap dihadapi, seperti kebutuhan air sumur yang kadang tidak stabil serta kayu bakar sebagai sumber panas utama dalam perebusan. Cuaca juga sangat memengaruhi pemasaran. Saat hujan, aktivitas pasar biasanya menurun dan berdampak pada permintaan tahu asin.

Selain itu, fluktuasi harga kedelai impor dan minyak goreng turut memengaruhi biaya produksi harian.

“Kendalanya kan modal. Kalau dana habis, produksi ikut berkurang. Cuaca juga berpengaruh, harga minyak dan kedelai juga naik turun. Harapannya bisa lebih besar, punya pabrik sendiri, karyawan makin banyak,” kata Indra.

Proses penyaringan sari kedelai

Tak hanya menjadi sumber ekonomi keluarga, UMKM Mentari Bulan juga membuka peluang kerja bagi masyarakat desa. Karyawan biasanya mendapatkan pelatihan awal sebelum terjun langsung ke proses produksi.

Resa, salah satu karyawan yang telah bekerja sekitar satu setengah tahun, menceritakan bahwa beberapa tahap produksi membutuhkan keterampilan khusus. 

“Biasanya dikasih pelatihan dulu sebelum kerja. Yang paling sulit itu nyaring sari kedelai, yang paling mudah bagian goreng,” tuturnya.

Resa berharap usaha ini terus berkembang agar kesempatan kerja tetap terbuka bagi warga sekitar dan aktivitas produksi dapat berjalan lebih lancar.

Kehadiran pengenalan UMKM ini terhubung dengan aktivitas tim Maganghub Kemnaker dalam ekosistem Warkop Digital (WADI/WD), yang mendorong peserta magang untuk menghasilkan publikasi mengenai UMKM desa melalui platform digital. Upaya ini membantu memperluas akses informasi mengenai pelaku UMKM, sekaligus memperkenalkan proses produksi dan tantangan usaha mikro kepada publik. Melalui integrasi dengan warkop digital, informasi UMKM seperti Mentari Bulan dapat menjangkau lebih banyak pembaca secara nasional.

UMKM Tahu Mentari Bulan menjadi salah satu contoh ketahanan usaha pangan rumahan di desa yang mampu bertahan melalui metode produksi tradisional, disiplin kerja, dan dukungan lingkungan sekitar. Publikasi ini diharapkan dapat membuka peluang pemasaran lebih luas sekaligus memperkuat pemahaman masyarakat mengenai peran UMKM dalam ekonomi lokal.