GSJA Eben Haezer: Gereja yang Berdampak
Kegiatan jual beli di samping GSJA Eben Haezer memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar, terutama bagi para pedagang kecil.
Guetilang, Surabaya - Di tengah kota Surabaya, tepatnya di samping Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA) Eben Haezer, suasana ramai dan hidup selalu terlihat setiap hari Minggu pagi. Sejak pukul 5 pagi, para pedagang mulai berdatangan untuk menyiapkan dagangan mereka. Mereka menata kursi dan meja, mempersiapkan berbagai makanan dan minuman siap jual pada jemaat.
Gereja Sidang Jemaat Allah Eben Haezer adalah tempat peribadatan umat Kristiani yang telah beroperasi sejak tahun 1951. Dengan empat jadwal ibadah setiap Minggu—pukul 06.00 WIB, 08.00 WIB, 10.00 WIB, dan 17.00 WIB—gereja ini menjadi pusat kegiatan spiritual bagi jemaatnya. Di samping gereja, terdapat berbagai pedagang lokal yang menjajakan makanan dan minuman.
Kegiatan jual beli di samping GSJA Eben Haezer memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar, terutama bagi para pedagang kecil. Pedagang-pedagang ini menjajakan aneka makanan seperti bakso sapi, soto ayam, gado-gado, dan camilan lainnya. Mereka berharap dapat meraup rezeki dari para jemaat yang datang untuk beribadah.
Kegiatan ini berlangsung di area samping GSJA Eben Haezer yang terletak di Jl. Ambengan No.2, Surabaya. Lokasi ini strategis karena berada dekat dengan tempat ibadah yang ramai dikunjungi oleh jemaat setiap akhir pekan.
Setiap hari Minggu pagi, mulai pukul 5 pagi hingga menjelang sore, para pedagang sudah siap dengan dagangan mereka. Hari Minggu menjadi waktu yang paling menguntungkan bagi mereka karena banyak jemaat yang membeli makanan sebelum atau setelah ibadah.
Keberadaan pedagang di sekitar gereja tidak hanya memberikan kemudahan bagi jemaat untuk mendapatkan makanan tetapi juga menciptakan interaksi sosial yang positif antara jemaat dan pedagang. Gereja membuka akses pintu samping untuk memudahkan jemaat keluar-masuk ke area dagang, sehingga meningkatkan peluang bagi pedagang untuk menjual dagangan mereka.
Para pedagang mengungkapkan bahwa berjualan di hari Minggu sangat menguntungkan. Pak Tris, seorang pedagang bakso, menyatakan bahwa hasil penjualannya pada hari Minggu setara dengan hasil penjualan selama satu minggu dari Senin hingga Sabtu. "Bahkan kalau hari Minggu itu kami tidak sampai seharian, karena paling tidak jam 2 siang dagangan sudah habis," ujarnya.
Pak Seger, pemilik warung soto ayam, juga merasakan keuntungan serupa dengan menyatakan bahwa pada hari Minggu sotonya selalu habis terjual dalam jumlah banyak. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan gereja tidak hanya sebagai tempat ibadah tetapi juga sebagai pusat aktivitas sosial yang memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.
GSJA Eben Haezer telah menunjukkan bagaimana sebuah gereja dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitarnya melalui interaksi sosial dan ekonomi yang saling menguntungkan. Dengan menyediakan ruang bagi para pedagang untuk berjualan, gereja tidak hanya memenuhi kebutuhan jemaat akan makanan tetapi juga membantu meningkatkan pendapatan para pedagang lokal.
Keberadaan pedagang di sekitar gereja menciptakan suasana yang meriah dan variatif, memberikan banyak pilihan makanan bagi jemaat sebelum atau sesudah ibadah. Ini adalah contoh nyata bagaimana sebuah lembaga keagamaan dapat berkontribusi dalam membangun komunitas yang lebih baik melalui semangat kebersamaan dan saling mendukung. GSJA Eben Haezer bukan hanya menjadi pusat spiritual tetapi juga agen perubahan sosial yang memberikan manfaat langsung bagi masyarakat sekitarnya. (Agus Sugiarta)