Opini: MAHAPRALAYA, Polri dan Eksistensinya
Jakarta, Guetilang.com - MAHAPRALAYA, malapetaka hebat yang membuat pulau jawa porak poranda. Bencana maha dahsyat ini dipercaya terjadi pada tahun 1006. Melansir laman Twitter @kisahtanahjawa mengatakan, bahwa pada masa itu terjadi bencana alam hebat yang membuat Jawa Tengah porak poranda. Peristiwa yang terjadi ketika itu adalah gempa bumi disusul dengan tsunami dahsyat, serta letusan gunung merapi yang membuat Pulau Jawa porak poranda dalam satu kali libasan saja.
Runtuhnya tanah Jawa dimasa lalu, diakibatkan karena masyarakatnya sudah tak lagi mengindahkan Kaweruh Budi yang merupakan ajaran untuk mengutamakan Budi Pekerti Luhur. Kondisi tersebut mengakibatkan masyarakat Pulau Jawa kehilangan arah, kerusakan moral terjadi dimana-mana sehingga membuat bumi tanah Jawa menggeliat diikuti bencana alam yang susul menyusul seperti gempa, banjir bandang, tsunami, serta gunung meletus dengan banyak korban jiwa berjatuhan.
Hal yang menimpa Pulau Jawa dimasa lalu, seperti yang dialami Institusi Polri saat ini dimana tingkat kepercayaan masyarakat turun drastis hingga titik nadir, bila kita amati media sosial beragam komentar yang muncul tentang polisi jumlahnya semakin banyak yang negatif, Damn if you do and Damn if you don’t.
Irjen. Pol. Drs. Eko Budi Sampurno saat menjadi pembicara utama dalam Kuliah Umum di Setukpa Lemdiklat Polri, 16 Agustus 2022.
Ketika pemberitaan tentang Polri memenuhi seluruh kanal berita akhir-akhir ini, selaku anggota Polri, kita tidak perlu marah, dendam, benci apalagi terus berkecil hati, yang terbaik adalah instrospeksi diri, secara jujur melihat perilaku dan tutur selama ini, tingkatkan yang sudah baik dan perbaiki yang perlu diperbaiki. Faktor utama untuk memperbaiki situasi Polri saat ini adalah Soliditas dan Integritas.
Menurut Vamik D Volkan (Group Tent Theory/Teori Tenda Kelompok) dalam bukunya Bloodlines dan Kill In The Name Of Identity menjelaskan bahwa sebuah kelompok disebut sebagai kelompok bila memiliki identitas sama berupa aturan, seragam, norma, dan nilai yang sama. Kelompok tersebut harus berusaha untuk survive, karena bila tidak kelompok tersebut akan menghadapi ancaman terhadap eksistensinya (exixtencial threat).
Untuk melindungi anggota kelompoknya maka harus dibuat sebuah tenda. Setiap orang dalam kelompok tersebut, harus menopang berdiri-tegaknya tenda. Satu orang saja tidak menopang atau bahkan ikut serta mencabut pasak tenda akan menjadi beban dan bahkan dapat merobohkan tenda. Bila Polri diibaratkan sebagai sebuah tenda maka setiap anggota Polri wajib mendukung dan menjaga Eksistensi Polri dengan mengimplementasikan nilai-nilai Tribrata dan Catur Prasetya dengan ikhlas tanpa lelah, teruslah bersyukur hingga kita lupa rasanya mengeluh.
Selanjutnya, Polri yang memiliki misi sebagaimana amanah undang-undang nomor 2 tahun 2002, tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat dalam rangka Harkamtibmas dan Penegakan Hukum wajib meletakkan Integritas sebagai syarat utama dalam mengelola sumber daya manusianya dengan menempatkan personilnya karena kapasitas kapabilitasnya dan tidak menempatkan karena masalah perilakunya, Hire on expertise, fire on attitude.
Irjen. Pol. Drs. Eko Budi Sampurno bersama Soegiharto Santoso, Andi Mulja Tanudiredja dan Ferry Priamboro dari Media Online Info Breaking News dan Guetilang serta Biskom.
Integritas adalah konsep yang berkaitan dengan konsistensi dalam tindakan, nilai-nilai, metode-metode, ukuran-ukuran, prinsip-prinsip, ekspektasi, dan berbagai hal yang dihasilkan. Integritas menjadi elemen penting yang harus ada pada seorang anggota polisi. Elemen ini akan membantu untuk memunculkan potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran, serta mempertahankan prinsip tidak mau berbuat yang tidak baik.
Integritas diri juga telah menjadi bagian tidak terpisahkan pada masyarakat negara maju. Hal ini menjadi faktor pembeda yang signifikan antara negara maju dan negara berkembang. Bahkan, di Jepang semangat Integritas telah hadir ditengah penduduknya dalam bentuk Bushido atau integritas ala Samurai.
Untuk menjadi pribadi yang berintegritas seseorang perlu untuk melakukan beberapa hal. Pertama, I walk the talk, atau menjalankan apa yang dikatakan. Kedua, I do the right thing, atau melakukan hal yang benar meskipun tidak ada orang yang mengawasi. Selanjutnya, I speak the truth, atau berbicara dan mengatakan kebenaran. Terakhir, I protect community, atau tidak membiarkan ada orang yang turun standar integritas atau bahkan membahayakan komunitas/masyarakat.
Dalam upaya menjaga soliditas dan integritas dalam kehidupan dan perkerjaan adalah hal yang tidak mudah. Namun demikian, Tidak Mudah bukan berarti tidak bisa, selama kita meyakini Allah SWT itu baik dan sangat baik semua kesulitan akan menjadi mudah karenanya, apalagi bila kita dikelilingi oleh orang-orang baik seperti pepatah mengatakan Birds with the same feater flocking together, burung dengan warna bulu yang sama bertengger pada dahan yang sama….. Alhamdulillah. (Hoky)
Penulis: Irjen. Pol. Drs. Eko Budi Sampurno, M.Si., Wakil Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri.