Konflik Iran–Israel Guncang Ekonomi Global: Minyak Naik, Perdagangan Terganggu, Rusia Diuntungkan

Guetilang.com - Konflik antara Iran dan Israel yang memanas sejak April 2024 telah memicu guncangan ekonomi global yang signifikan. Ketegangan tersebut dimulai ketika Iran meluncurkan lebih dari 100 drone ke wilayah Israel sebagai balasan atas serangan sebelumnya. Aksi ini bukan hanya menciptakan krisis keamanan di kawasan Timur Tengah, tetapi juga langsung memengaruhi harga minyak dunia yang melonjak dari sekitar US$69 ke US$75 per barel. Kenaikan ini terjadi karena jalur distribusi energi utama seperti Selat Hormuz menjadi area risiko tinggi, memaksa kapal-kapal logistik memutar jalur hingga menambah biaya perjalanan hingga US$1 juta per kapal. Selain itu, banyak maskapai internasional, seperti Delta Air Lines, menunda atau membatalkan penerbangan ke wilayah terdampak, termasuk Tel Aviv, karena alasan keamanan.
Dampak ekonomi tak hanya dirasakan di kawasan konflik, tapi juga menyebar ke seluruh dunia. Negara-negara pengimpor energi kini menghadapi tekanan inflasi karena lonjakan harga minyak. Sementara itu, kepanikan melanda warga Israel yang mulai memborong kebutuhan pokok di tengah ancaman serangan lanjutan. Di sisi lain, Rusia justru diuntungkan dari situasi ini. Sebagai negara penghasil minyak, Rusia menikmati kenaikan pendapatan dari ekspor minyak jenis Ural yang harganya ikut terkerek. Di tengah gejolak ini, Iran sendiri mengalami kesulitan ekonomi yang makin dalam, dengan inflasi mencapai 32%, cadangan devisa yang menipis, dan pertumbuhan ekonomi yang nyaris stagnan. Sebaliknya, Israel menunjukkan ketahanan ekonomi dengan cadangan devisa besar dan ekspor teknologi yang kuat.
Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), konflik ini meningkatkan ketidakpastian global yang bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi dunia serta memicu tekanan inflasi lebih lanjut. Singkatnya, meskipun konflik ini berawal dari ketegangan dua negara, dampaknya telah menjalar ke seluruh dunia—mengganggu perdagangan internasional, memengaruhi pasar komoditas, dan menguji ketahanan ekonomi banyak negara di tengah gejolak geopolitik yang belum mereda.