Rumah Pemulihan di Malang: Tempat Bagi Mereka yang Lelah dan Membutuhkan Kedamaian
Malang, 19 Desember 2024 – Wisma Pemulihan resmi diresmikan di Jl. Karanglo No. 94-103, Kelurahan Banjararum, Kecamatan Singosari, Malang. Bangunan dua lantai ini berdiri di area kompleks Sekolah Tinggi Teologi (STT) Satyabhakti dan dirancang untuk mendukung pemulihan kesehatan mental dan keluarga, khususnya bagi hamba Tuhan yang membutuhkan waktu istirahat dan refleksi.
Proses peresmian dihadiri oleh berbagai tokoh, termasuk Pdt. Wiwik Tejdobudiono, anggota BPP GSJA dan Badan Pengurus STT Satyabhakti, yang melakukan pemotongan pita. Acara juga diisi dengan room tour oleh Ketua STT Satyabhakti, Pdt. Agustinus Dermawan, serta pemotongan tumpeng sebagai simbol syukur.
Dalam sambutannya, Pdt. Agustinus Dermawan menjelaskan bahwa Wisma Pemulihan merupakan upaya nyata untuk menjawab kebutuhan tempat pemulihan. "Wisma ini adalah tempat bagi mereka yang membutuhkan pemulihan, baik hamba Tuhan maupun siapa saja. Lantai dua dikhususkan untuk mereka yang dilayani, seperti alumni atau individu yang memerlukan ketenangan. Selain itu, fasilitas di sini, termasuk perpustakaan dan ruang doa, dapat mendukung mereka yang ingin memperbarui visi hidupnya," jelasnya.
Lantai dasar wisma dirancang sebagai tempat tinggal dosen dan staf STT Satyabhakti, dengan empat unit apartemen untuk keluarga Pdt. Jefri Hina, Pdt. Han Kurniawan, Bapak Sabas dan Ibu Arie, serta Bapak Suwaji dan Ibu Siti.
Inspirasi pembangunan Wisma Pemulihan datang dari pengalaman tim Empowerment Counselling Centre (ECC), unit konseling di bawah STT Satyabhakti. Salah satu kasus yang ditangani ECC adalah pasangan hamba Tuhan yang membutuhkan ruang aman selama proses konseling. "Sebagai hamba Tuhan, mereka juga menghadapi tantangan pribadi dan keluarga. Kehadiran tempat yang layak dapat membuat proses pemulihan lebih kondusif," ujar Pdt. Agustinus.
Uniknya, pendirian wisma ini melibatkan kontribusi dari berbagai pihak, termasuk bantuan material dan tenaga dari komunitas non-Kristen. Pdt. Han Kurniawan, salah satu staf dosen, menambahkan, "Ada orang non-Kristen yang turut membantu dengan mengajari tukang cara menggunakan cat dengan efektif. Kami berharap wisma ini bisa menjadi berkat, tidak hanya bagi orang Kristen, tetapi juga bagi masyarakat umum."
Wisma Pemulihan juga diharapkan menjadi mitra bagi individu atau lembaga yang peduli terhadap pemulihan mental dan spiritual. "Kami membuka kesempatan bagi pihak yang ingin mensponsori atau menjadi konselor dengan mekanisme yang terorganisir agar visi pelayanan ini berjalan baik," tutup Pdt. Agustinus.
Dengan harapan besar, Wisma Pemulihan dirancang sebagai "rest area" dalam kehidupan, tempat di mana orang-orang dapat beristirahat sejenak, mendapatkan pemulihan, dan kembali melanjutkan perjalanan hidup mereka. (Agus Sugiarta)