Krisis BBM di Bengkulu: Distribusi Terganggu, Warga dan Pelaku Usaha Mulai Terdampak

Guetilang.com - Provinsi Bengkulu saat ini tengah dilanda krisis Bahan Bakar Minyak (BBM), terutama jenis Pertalite dan Pertamax. Kelangkaan ini mulai dirasakan sejak pertengahan April 2025 dan terus berlanjut hingga akhir Mei. Akibatnya, antrean panjang di berbagai Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) tak terelakkan, sementara warga terpaksa membeli BBM secara eceran dengan harga yang melonjak hingga Rp17.000 per liter.
Kondisi ini tidak hanya merepotkan masyarakat umum, tetapi juga melumpuhkan aktivitas pelaku usaha kecil seperti sopir angkutan umum, ojek online, dan pedagang makanan keliling. Di daerah pelosok seperti Kabupaten Kaur, Mukomuko, dan Seluma, kekosongan stok juga melanda sejumlah Pertashop yang menjadi satu-satunya sumber BBM masyarakat setempat.
Kelangkaan ini disebabkan oleh sejumlah faktor teknis, terutama pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai yang membuat kapal pengangkut BBM kesulitan untuk bersandar. Selain itu, kerusakan pada pipa penyalur BBM di pelabuhan serta keterlambatan dri lubuk linggau tersebut memperparah keterlambatan distribusi ke berbagai wilayah di Bengkulu.
Menanggapi krisis ini, Pemerintah Provinsi Bengkulu bersama Pertamina berharap bisa bergerak cepat dengan menyalurkan BBM dari provinsi tetangga seperti Lampung, Sumatera Selatan, dan Sumatera Barat. Upaya perbaikan infrastruktur, termasuk pengerukan pelabuhan dan perbaikan pipa, juga sedang dilakukan demi memastikan kelancaran pasokan energi di masa mendatang.
Gubernur Bengkulu memastikan bahwa stok BBM akan segera kembali normal dan meminta masyarakat untuk tetap tenang serta tidak melakukan pembelian secara berlebihan. Di tengah keterbatasan ini, koordinasi lintas instansi menjadi kunci agar distribusi BBM dapat kembali stabil dan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi secara merata.