Secara Nasional Berjalan Baik, Kepala BGN: Kasus Keracunan Program MBG Hanya 0,5 Persen

Secara Nasional Berjalan Baik, Kepala BGN: Kasus Keracunan Program MBG Hanya 0,5 Persen
Dadan Hindayana, menegaskan bahwa insiden semacam itu tidak mencerminkan keseluruhan pelaksanaan program MBG secara nasional. Tapi secara umum pelaksanaan program MBG berjalan cukup baik di berbagai daerah. "Kasus kejadian secara kuantitatif masih 0,5 persen. Secara umum tentu baik ya (evaluasi MBG). BGN menargetkan agar kasus keracunan MBG akan ditekan hingga nol persen,” jelas Dadan, Jumat (25/04/2025).

Guetilang.com, JAKARTA - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menyebut, kasus keracunan MBG atau Makan Bergizi Gratis di berbagai daerah secara kuantitatif berada di angka 0,5 persen. Meskipun angkanya tergolong sangat kecil, BGN terus melakukan evaluasi agar kasus serupa tak kembali terjadi dan menimbulkan korban dari siswa.

"Kasus kejadian secara kuantitatif masih 0,5 persen. Secara umum tentu baik ya (evaluasi MBG). BGN menargetkan agar kasus keracunan MBG akan ditekan hingga nol persen,” jelas Dadan, Jumat (25/04/2025).

Dadan Hindayana, menegaskan bahwa insiden semacam itu tidak mencerminkan keseluruhan pelaksanaan program MBG secara nasional. Tapi secara umum pelaksanaan program MBG berjalan cukup baik di berbagai daerah.

Prioritas evaluasi adalah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), dapur MBG, dan pihak-pihak terkait program tersebut. Langkah lain yang diupayakan BGN untuk menekan kejadian keracunan MBG adalah mengintensifkan pelatihan dan penyegaran penjamah makanan. 

Setidaknya sudah terjadi sederet kasus keracunan massal akibat menu MBG selama 2025. Mulai kasus keracunan yang menimpa 78 siswa dari MAN 1 dan SMP PGRI 1 Cianjur, Jawa Barat. Bahkan Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) karena kejadian tersebut.

Kedua adalah 13 siswa yang mengalami gejala muntah dan sakit perut akibat menu MBG ayam tepung yang diduga basi SDN 33 Kasipute, Bombana, Sulawesi Tenggara. Kemudian, sebanyak 60 siswa mengalami mual dan sakit perut setelah mengonsumsi makanan program MBG di SDN Proyonanggan 5 Batang, Jawa Tengah.

Selanjutnya terjadi di SD Katolik Andaluri, Waingapu, Sumba Timur, di mana 29 siswa mengalami keracunan. Kelima, sebanyak 40 siswa juga mengalami keracunan massal usai mengkonsumsi menu MBG di SDN Alaswangi 2, Pandeglang, Jawa Barat.

Terakhir, keracunan makanan juga dialami oleh 40 siswa setelah mengkonsumsi MBG di SDN 3 Dukuh, Sukoharjo, Jawa Tengah. Jika mengacu pada kasus-kasus keracunan MBG di atas, setidaknya terdapat 260 siswa yang menjadi korban. Mayoritas korban MBG tersebut mengeluhkan gejala mual, diare, hingga sakit perut.

Dadan juga menekankan pentingnya kerjasama antar instansi, termasuk pemerintah daerah dan pihak sekolah, untuk memastikan bahwa standar kebersihan dan keamanan pangan benar-benar diterapkan.

Program Makan Bergizi Gratis merupakan bagian dari kebijakan strategis pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan anak-anak Indonesia, terutama di daerah-daerah yang rawan stunting dan kekurangan gizi. Program ini diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang dalam membangun generasi yang sehat dan cerdas.

Dadan menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa BGN akan menjadikan insiden di Cianjur sebagai pelajaran penting untuk memperbaiki sistem dan mencegah terulangnya kasus serupa di masa depan.