Sisi Lain Insiden Maut di GT Ciawi, Ada Pelanggaran Daya Angkut hingga Minimnya Standar Rem Truk yang Perlu Dijadikan Pelajaran!

Guetilang.com, Jakarta - Peristiwa kecelakaan beruntun pernah menyita perhatian publik usai terjadi di area Gerbang Tol (GT) Ciawi arah Bogor-Jakarta di Kelurahan Katulampa, Kota Bogor, Jawa Barat, pada Selasa, 4 Februari 2025 sekitar pukul 23.30 WIB.
Saat itu, Kasat Lantas Polres Bogor Kota, Kompol Yudiono menyebut kecelakaan beruntun di GT Ciawi itu melibatkan 6 kendaraan.
"Yang terlibat ada enam kendaraan," ucap Yudiono kepada awak media di Bogor, Jawa Barat, pada Rabu, 5 Februari 2025.
Yudiono menuturkan kronologi kecelakaan beruntun yang terjadi di area gerbang tol Ciawi, Kota Bogor, pada Selasa, 4 Februari 2025 sekitar pukul 23.30 WIB.
Insiden maut itu bermula saat truk dengan muatan air mineral menabrak mobil yang tengah antre melakukan pembayaran tol.
"Mobil truk membawa air mineral menabrak kendaraan di depannya yang sedang antre transaksi untuk masuk tol," terangnya.
Terkini, pihak kepolisian mengungkap sederet fakta terbaru terkait insiden kecelakaan maut di GT Ciawi. Berikut ulasan selengkapnya.
Rem Truk Tak Standar Pabrik
Dalam kesempatan berbeda, Wadir Polda Jawa Barat, Kombes Edwin Affandi menuturkan kondisi rem truk pemicu kecelakaan maut di GT Ciawi diketahui sudah tidak sesuai standar pabrik.
"Berdasarkan hasil ramp check, kita temukan bahwa kondisi sistem pengereman dalam keadaan sudah tidak sesuai standar pabrikasi," ungkap Edwin dalam jumpa pers di Polres Bogor Kota, pada Sabtu, 15 Februari 2025.
Kemudian, Edwin juga menyebut sejumlah komponen yang tidak sesuai standar pada truk yang menabrak air mineral yang menabrak 6 mobil di GT Ciawi itu.
"Ada komponen yang pertama yang tidak sesuai standar atau sudah terjadi kerusakan akibat penggunaan, sehingga menyebabkan beberapa kondisi seperti tromol dan kampas rem itu sudah tidak lagi sesuai standar," terangnya.
Kurang Daya Cakram, Bikin Truk Lepas Kendali
Dalam kesempatan yang sama, Edwin menerangkan truk air mineral itu lepas kendali akibat kurangnya daya cakram pada rem.
"Dengan adanya kelebihan muatan dan kurangnya daya cakram rem, ini menyebabkan kendaraan itu tidak bisa dikendalikan dengan baik apabila akan dilakukan perlambatan kendaraan," terangnya.
Di sisi lain, terdapat sistem rem truk di bagian depan sudah terbakar.
Berdasarkan pemeriksaan pada sistem rem yang lain, Edwin menyebut pihaknya menemukan kebocoran pada sistem rem.
"Ditemukan tromol dan kampas rem tidak sesuai standar pabrikasi. Karena akibat penggunaan atau tergerus. Yang harusnya 0,3 mm, itu sistem rem di roda belakang itu sampai 4 mm jaraknya," tuturnya.
Truk Overload, Bawa Muatan 24 Ton
Edwin juga menyebut, truk pemicu kecelakaan maut di GT Ciawi mengalami muatan alias overload dan menyampaikan truk mengalami overload hingga 12 ton.
"Kemudian, kita laksanakan pemeriksaan ramp check kendaraan. Ditemukan bahwa dalam pengangkutan kendaraan ternyata kendaraan tersebut overload sekitar 12 ton," terangnya.
Menutut aturan, truk tersebut mengangkut muatan dengan berat maksimal 12 ton. Namun, saat kejadian, ditemukan fakta mobil besar itu mengangkut sekitar 24 ton muatan.
"Harusnya kendaraan itu mengangkut sekitar 12 ton, namun kendaraan tersebut mengangkut sekitar 24 ton berdasarkan hasil perhitungan di lapangan," tutur Edwin.
Pelanggaran Daya Angkut Kendaraan di TKP
Dalam kesempatan yang sama, Edwin menuturkan lokasi kecelakaan maut yang menewaskan 8 orang di GT Ciawi, kerap terjadi pelanggaran lalu lintas. Terkhusus, terkait daya angkut kendaraan.
"Dari apa yang kita dapatkan dari penyidikan yang telah dilaksanakan jajaran Polresta Bogor Kota, mengindikasikan kepada kita semua bahwa sering terjadi pelanggaran terhadap pengangkutan kendaraan, terutama daya angkut sebuah kendaraan," tegasnya.
Edwin pun menuturkan, truk yang menjadi pemicu kecelakaan maut di GT Ciawi itu melaju sekitar 90-100 kilometer per jam.
Angka kecepatan laju truk didapat polisi dari petunjuk CCTV, saksi hingga traffic accident analysis (TAA).
"Beberapa fakta yang kita temukan di TKP (tempat kejadian perkara) bahwa sebelum kecelakaan, sopir mengemudikan kendaraan di sekitar 90-100 Km perjam sebelum terjadi kecelakaan," terang Edwin.
Pada lajur itu, Edwin melanjutkan seharusnya kecepatan maksimal mobil 80 Km per jam. Berdasarkan hasil penyelidikan juga diketahui saat kecelakaan, truk melaju di atas 100 Km per jam.
"Terkait dengan hal tersebut, sopir terbukti berdasarkan alat petunjuk CCTV, kemudian dari keterangan saksi, maupun jejak kendaraan berdasarkan TAA kita kemudian mensimulasikan bahwa saat terjadi kecelakaan, kecepatan truk tersebut di atas 100 Km per jam," tandasnya.***